bandana merah itu kini tak lagi terikat dikepalaku


Lautan manusia beriringan menuju sebuah gedung ternama di bandung sana. Mereka berjalan. Mereka memenuhi jalanan. Berbekalkan tekad. niat. serta panji-panji pembenaran. Dan kau. Kau berjalan disampingku dengan kaus hitam bertuliskan “REVOLT”mu itu.kaus yang selalu kau pakai untuk acara-acara khusus. Bahkan dalam keseharianmu juga selalu kau pakai kaus usang itu. “karena kata adalah senjata,lur” melulu itu jawabmu kala kutanyakan perihal kebiasaanmu yang selalu memakai kaus cuci-kering-pakai itu.. hmm.. Rambutmu yang kau ikat menjadi seperti buntut kuda itu semakin menunjukkan leher belakangmu yang berpeluh keringat. Wajah putihmu membias kemerahan seolah kau malu padahal itu adalah hasil sengatan matahari yang dengan pongahnya berada benar-benar diatas kepala kita. Mulutmu sedikit maju. Seolah kau sedang melakukan posisi cute foto anak muda jaman sekarang. Pipi tembemmu makin mengembang.tatapanmu tajam seolah kau akan menghadapi tembok baja yang berada beberapa meter didepanmu dan hendak kau tabrak. Bandanamu kau ikatkan dilengan atasmu. Ah. Bandana merah itu. Bandana merah yang menjadi saksi bahwa kita berpijak diatas tanah tak berpihak. Bandana merah yang sama dengan bandana yang ku ikatkan dikepalaku.“Ah,situ mah pengen kliatan kaya ucok dah pake bandana n kacamata teh.huh”selalu terngiang kata-kata yang selalu kau ujar tiap aku memakai bandana ini. Lengkap dengan baju bergambar arit dan mic nya.”kadang suka bingung deh kalo situ dah ngemengin ucok.bisa abis 3 senin dah.panjang lebar.kaya orangnya.iya.kamu.dasar gajah bunting”. Tawa mu lepas. Tapi tawa itu tak kulihat siang ini. Mukamu berubah serius. Tanganmu mengepal.bibirmu tertutup rapat. Seolah kamu akan meledak jika mulutmu sedikit saja membuka. Tak kalah denganmu, Aku pun mandi keringat. Pada siang bulan kelima ini kita berjalan beriringan dengan manusia-manusia yang merasa tertindas. Menuju sebuah gerbang dimana para serigala-serigala bersahaja. Menuju pintu dimana para tikus-tikus sibuk menghilangkan kasus. Dengan semangat kau lewati lapang yang biasanya dipakai olahraga sore itu. Selepas itu,kau duduk ditangga.mengeluarkan sebotol air mineral. Meminumnya dengan semangat lalu menyodorkanya kepadaku. Kau tersenyum, dan ini adalah senyum pertama yang kulihat darimu hari ini.”Minum?pasti cape da orang gendut mah jalan kaki kaya gini.hihihi”.Aku juga tersenyum dan kucubit pelan pahamu yang dibalut dengan celana jins usang yang kau beli dipasar gedebage. Kau menepis tanganku. Kembali melihat orasi seseorang disebrang sana. Mukamu berubah serius. Kau berdiri.mengajakku menuju kerumunan manusia yang masih mengangkat kepalan mereka. Mengangkat pamflet mereka. Kau berteriak dengan semangat mengikuti arahan-arahan sang orator. Kau melangitkan kepalan seakan kau akan mengoyak kahyangan. Kau ulangi saat orator itu membakar nalar para manusia itu dengan kata-kata tajam.dan aku.masih termangu melihatmu. Kuambil pocket camera dari tasku.entah kenapa semua terasa begitu senyap, Padahal ribuan manusia sedang berteriak. Times goes slow when u’re fallin’ in love . Ya. Itu aku rasakan sekarang. Kuarahkan kameraku padamu, dan kau masih fokus pada orator didepan sana. Tak seperti biasanya. Karena biasanya kau berpose saat ku arahkan kamera ini ke wajahmu. Waktu berjalan terasa lambat bagiku. Tapi sangat cepat bagi yang lainnya. Manusia-manusia lain mulai membakar ban. Mulai merengsek menggeser barikade para manusia lain yang berseragam coklat sebagai manusia yang bertanggung jawab atas pertahanan negara. Lengkap dengan tameng dan pentungan juga helm mereka. Keadaan mulai terasa tidak kondusif. Gontokkan kedua belah pihak makin menggelombang. Saat terjadi dorong mendorong.kulihat wajahmu menahan sakit terdorong oleh manusia-manusia lain dibelakangmu. Kuraih tanganmu. Ku genggam.tas yang tadinya kupakai dipunggungku dan kini kujadikan pelindung kepala.karena lemparan batu itu bisa nyasar kemana saja tanpa kita kira. Asap dimana-mana. Tanganmu makin erat ku genggam. Ditengah hiruk-pikuk itu aku merangkulmu. Bermaksud untuk melindungimu. Berlari menjauh dari zona bentrokan. Tapi sempat-sempatnya kau mengumpat sambil berlari mundur mengikutiku.sempatnya kau acungkan jari tengahmu pada manusia berhelm dan berpentungan itu. Mukamu marah. Amarahmu terasa sangat menggelora. Masih sambil berlari aku menggenggam tanganmu. Membawamu jauh dari kerumunan manusia.“ngapain anj*ng lari,ayo kita balik kesana lagi!!” Teriakmu padaku.entahlah. Aku tak menghiraukan teriakanmu.“Woi.kampret. Kudanil bareuh. Lepasin tangannya ihh”.Aku berhenti.manusia-manusia disekitarku sibuk mencari sesuatu untuk dilempar. Ditengah mereka yang berlari aku menatapnya.“cowo bukan sih kamu teh ??” Kata-katamu mengalir deras. Dipadu dengan semburan amarah. Terengah-engah. Lalu, disela nafasku yang hampir habis, aku berujar.”Kamu..kamu tahu mungkin ini bukan saat yang tepat.tapi..tapi aing..aing ngerasa..bogoh ka kamu”.DAMN!! Apa-apaan?? Ditengah lautan manusia yang berdemo ini, Aku malah menyatakan cinta padanya? Anj*nglah. Apa yang aku pikirin sih?? Dia menatap kaget.dan tentunya mulutnya sedikit menganga,keheranan.memiringkan kepalanya sambil mendekatiku.“Kamu cageur?? Kamu sadar ga sih kita lagi ngapain??” Suasana serasa hening. Seakan kita adalah film dalam dvd yang ditonton seseorang dan orang itu menekan tombol mute. Sekarang wajahnya tepat berada didepan wajahku. Nafasnya memburu.”ai kamu kenapa baru nyatain sekarang? Hah?kenapa baru nyatain sekarang!!! Aku tuh dah nunggu lama. Lama banget anj*ng!! Dan kamu baru nyatain sekarang.pas orang-orang lagi sibuk memperjuangkan haknya. Saat orang-orang lagi sibuk berteriak menantang tiran.dan kamu nyatain ke aku sekarang?? T*I !!! Kamu tu egois banget lah.t*i!! Anj*ng!!“ Tubuhmu bergetar. Mata kita bertemu. Aku tak bisa berkata-kata lagi.”Aku udah ada yang punya. Kau lihat orang tadi? Orang yang orasi tadi tuh pacarku, Cukup kamu tau itu. Kita dah jalan ampe sebulan. Sejak kamu jarang hadir”.Aku menunduk. Tak berani menatap matamu. Lalu kulihat sepatu converse mu. Membalik. Dan berlari pergi meninggalkanku. Perlahan kuangkat wajahku. Kulihat punggungmu. Kulihat kaus hitammu. Kulihat rambut yang kau ikat bergoyang mengikuti irama lari mu. Kulihat bandana merah yang terikat dilenganmu. Aku tertegun. Ditengah lautan manusia ini. Ditengah asap bulan kelima ini. Ditengah panasnya matahari ini. Aku tertegun melihatmu menjauh.. Menjauh selamanya dari hidupku.dan aku melepas bandana merah dikepalaku. Menjatuhkannya diatas aspal…

……………………..


Leave a Reply